1. Pendahuluan
Sesuai dengan fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan bahasa negara, pembinaan bahasa Indonesia perlu
ditingkatkan terus menerus. Upaya peningkatan kualitas pemakaian
bahasa Indonesia tersebut perlu ditunjang oleh berbagai hal, antara lain:
strategi yang dipersiapkan secara matang, tenaga pengajar yang
terampil dan juga  intensitas kegiatan yang tepat .
Tujuan Umum : Mahasiswa memiliki sikap positif terhadap
bahasa Indonesia.
1. Kesetiaan bahasa: mendorong mahasiswa memelihara bahasa
nasional dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh asing.
2. Kebanggaan bahasa: mendorong mahasiswa mengutamakan
bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas
bangsanya.
3. Kesadaran akan adanya norma bahasa: mendorong
mahasiswanya menggunakan bahasanya sesuai dengan kaidah
yang berlaku.
Tujuan Khusus : Mahasiswa, calon sarjana, terampil
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik secara
tertulis maupun secara lisan.
* Tujuan jangka pendek
a. Mahasiswa mampu menyusun sebuah karya ilmiah
sederhana dalam bentuk dan isi yang baik, dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b. Mahasiswa dapat membuat tugas-tugas (karangan ilmiah
sederhana) dari dosen-dosen dengan menerapkan dasardasar
yang diperoleh dari kuliah bahasa Indonesia.
* Tujuan jangka panjang
a. Mahasiswa mampu menyusun skripsi sebagai syarat ujian
sarjana.
b. Mahasiswa lebih terampil menyusun kertas kerja, laporan
penelitian, surat, dan karya ilmiah lainnya setelah lulus.
2. Tata Tulis
Penulisan ilmiah di samping harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik   dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa itu sebagai sarana   komunikasi ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam   tulis-menulis, harus pula ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan  yang  berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan.
Di samping penggunaan bahasa, penulis dituntut untuk memenuhi   persyaratan-persyaratan tertentu yang berhubungan dengan teknik   penulisan ilmiah. Persyaratan itu menyangkut cara mengutip, cara membuat   catatan kaki, cara menyingkat catatan kaki, dan cara menyusun sumber   bacaan menjadi daftar bacaan.
2.1 Ejaan dan Tanda Baca
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau   lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam   bahasa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta   unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa   tersebut tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan   komunikasi dan mem¬berikan peluang untuk kesalahpahaman. Di sinilah   ejaan dan pungtuasi (tanda-tanda baca) berperan sampai batas-batas   tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk   memperjelas gagasan atau pesan. Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh ini tidak menggunakan tanda baca dan huruf kapital.
kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma–norma   atau perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan   ketentraman kehidupan manusia perilaku yang dikualifikasikan sebagai   kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian terbesar warga masyarakat   atau penguasa yang menjadi wakil-wakil masyarakat seharusnya ada suatu   keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil   terjadi perbedaan tersebut mungkin timbul karena kedua unsur tadi tidak   sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang harus dilindungi.
Kita dapat melihat, tulisan yang sudah diberi pungtuasi dan diperbaiki ejaannya, lebih mudah dan lebih cepat dipahami. Itulah sebabnya, kemampuan dalam menerapkan ejaan dan pungtuasi sangat dituntut dalam tulis-menulis.
2.2 Pemakaian dan Penulisan Huruf, Penulisan Kata, Tanda Baca, serta Penulisan Unsur Serapan
3. Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik Penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan dalam   membuat pernyataan ilmiah, serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber   dari ilmu pengetahuan yang digunakan dalam penulisan. Dalam tulisan ini   akan dibahas tentang teknik notasi ilmiah. Di samping itu juga akan   dijelaskan cara menyusun sumber pustaka de¬ngan mentabulasikan semua   sumber bahan yang dibaca, baik yang sudah dipublikasikan maupun yang   belum dipublikasikan.
3.1 Kutipan dan Catatan Kaki (footnote)
3.1.1 Kutipan
Menyisipkan kutipan-kutipan dalam sebuah tulisan ilmiah bukanlah   merupakan suatu keaiban. Tidak jarang pendapat, konsep, dan hasil   penelitian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik,   dipertentangkan, atau diperkuat. Dengan kutipan sebuah tulisan akan   terkait dengan pene-muan-penemuan atau teori-teori yang telah ada. Namun   demikian, kita hanya mengutip kalau memang perlu. Janganlah tulisan   kita itu penuh dengan kutipan. Di samping itu kita harus bertanggung   jawab penuh ter-hadap ketepatan dan ketelitian kutipan, terutama kutipan   tidak langsung.
Dalam uraian sebelumnya sudah dipelajari bagaimana mencatat bahan –   bahan dari buku dalam kartu informasi. Bahan-bahan tersebut mungkin   di-cantumkan dalam tulisan sebagai kutipan. Kutipan ini dapat berfungsi   se-bagai: a. Landasan teori, b. Sebagai penjelasan, c. Penguat pendapat   yang dikemukakan penulis. Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan   kutipan tidak langsung. Yang masing-masing dibagi lagi atas kutipan   panjang dan kutipan pendek .
1) Kutipan Langsung
a) Kutipan Langsung Panjang
Kutipan langsung yang lebih dari tiga baris ketikan disebut kutipan   langsung panjang. Kutipan semacam ini tidak dijalin dalam teks, tetapi   diberi tempat tersendiri. Kutipan langsung panjang diketik dengan jarak   baris satu spasi tunggal pada garis tepi baru yang jaraknya empat   ketukan huruf dari garis margin. Indensi dari kalimat pertama tujuh   ketukan dari garis tepi (margin) atau tiga ketukan dari garis tepi yang   baru. Ingat, kutipan langsung panjang tidak diapit dengan tanda kutip.
b) Kutipan Langsung Pendek
Kutipan langsung dapat digolongkan ke dalam kutipan langsung pendek   kala,u tidak melebihi tiga baris ketikan. Kutipan ini cukup dijalin ke   dalam teks dengan meletakkannya di antara dua tanda petik.
Mengutip Sanjak
Untuk kutipan langsung pendek, baris-baris dari sanjak dijalin ke dalam   teks dan diletakkan di antara dua tanda kutip. Apabila kutipan lebih   dari dua baris, tiap-tiap baris dipisahkan dengan garis miring
Kutipan langsung yang panjang untuk sanjak dengan sendirinya tidak   dapat dijalin ke dalam teks. Sanjak dikutip seperti bentuk aslinya dan   diletakkan di tengah-tengah, tanpa tanda petik.
2) Kutipan Tidak Langsung
Seorang ilmuwan dituntut untuk mampu menyatakan pendapat orang lain   dalam bahasa ilmuwan itu sendiri yang mencerminkan ke¬pribadiannya.   Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis   dengan kata-katanya sendiri. Jadi, yang dikutip hanyalah pokok-pokok   pikiran, atau ringkasan dan kesimpulan dari sebuah tulisan, kemudian   dinyatakan dengan bahasa sendiri. Walaupun yang dikutip dari bahasa   asing, tetapi tetap dinyatakan dengan bahasa Indonesia.
a) Kutipan Tidak Langsung Panjang
Kutipan tidak langsung (parafrase) sebaiknya dilakukan sependek mungkin,   diperas sedemikian rupa sehingga tidak lebih dari satu paragraf.  Namun,  karena sesuatu hal kutipan tidak langsung dapat melebihi satu  paragraf.  Kutipan tidak langsung yang lebih dari satu paragraf inilah  yang  disebut kutipan tidak langsung yang panjang.
Untuk parafrase yang lebih dari satu paragraf ini menimbulkan kesulitan   bagaimana mengidentifikasi bahwa paragraf-paragraf itu merupakan   kutipan, karena gaya penulisannya sama dengan gaya.penulis. Untuk   mengatasi kesulitan ini, yaitu dengan menyebutkan nama penulis yang   dikutip pada permulaan parafrase dan memberikan angka catatan kaki pada   akhir kalimat parafrase.
b) Kutipan Tidak Langsung Pendek
Parafrase yang terdiri dari satu paragraf disebut pendek. Sebaiknya   parafrase pendek ini disediakan tempat tersendiri, tidak dibaur dengar   teks. Akan lebih balk lagi parafrase itu diambil dari satu sumber. Akan   tetapi jika ide, pendapat, atau kesimpulan yang dikutip itu berasal  dari  bermacam-macam sumber dan sangat mirip satu sama lain, lebih balk   diparafrasekan dalam satu paragraf dengan menvebutkan semua sum¬bernya   dalam satu paragraf.
3) Mengutip dari Kutipan
Mengutip dari kutipan harus dihindari. Tetapi dalam keadaan ter¬paksa, misalnya sulitnva menemukan sumber aslinya, mengutip dari kutipan bukanlah merupakan suatu pelanggaran. Apabila seorang penulis terpaksa mengutip dari kutipan, Ia harus bertanggung jawab terhadap ketidaktepatan dan ketidaktelitian kutip¬an yang dikutip. Selain itu pengutip wajib mencantumkan dalam catatan kaki bahwa Ia mengutip sumber itu dari sumber lain. Kedua sumber itu dituliskan dalam catatan kaki dengan dibubuhi keterangan “dikutip dari”.
3.1.2 Catatan Kaki (Footnote)
Pernvataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan kita harus mencakup   beberapa hal. Pertama kita harus dapat mengidentifikasikan orang yang   membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita harus pula da¬pat   mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah tempat pernyataan itu dimuat   atau disampaikan, misalnya buku, makalah, seminar, lokakarya, majalah,   dan sebagainya. Ketiga, harus pula dapat kita identifikasikan lembaga   yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut serta tem¬pat dan itu tidak   diterbitkan, tetapi disampaikan dalam bentuk makalah dalam seminar atau   loka karya, maka harus disebutkan tempat, waktu, dan lembaga yang   melakukan kegiatan tersebut.
Cara kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah kita,   disebut teknik notasi ilmiah. Sebetulnya terdapat bermacam-macam teknik   notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan hakikat dan unsur yang   sama, meskipun dinyatakan dalam format dan simbol yang berbeda. Seorang   ilmuwan dapat memilih notasi ilmiah yang telah diakui, asalkan   dipergunakan secara konsisten. Jangan men-campuradukkan beberapa teknik   notasi ilmiah sekaligus, karena hal ini akan membingungkan pembaca.   Demikian pula halnya dengan daf¬tar pustaka.
Di bawah ini dapat dipelajari teknik notasi ilmiah yang mempergunakan   catatan kaki (footnote). Fungsi catatan kaki ini ialah menun¬jukkan   sumber informasi bagi pernyataan ilmiah yang terdapat dalam tulisan   kita. Fungsi lain dari catatan kaki ini sebagai tempat bagi   catat¬an-catatan kecil yang kalau disatukan dengan uraian akan   mengganggu kelancaran penulisan. Jadi, catatan kaki juga berfungsi untuk   memberi keterangan tambahan. Tetapi kalau keterangan tambahan ini   panjang sekali, sebaiknya dipindahkan ke belakang (lampiran).
Seperti yang sudah dijelaskan dalam uraian sebelumnya, semua kutipan,   langsung maupun tidak langsung, harus dijelaskan dari mana sumbernya.   Untuk makalah biasanya langsung dicantumkan sumbernya di belakang   kutipan dan dituliskan dalam tanda kurung, pengarang, tahun, halaman.   Sumber yang lengkap tercantum dalam daftar pustaka.
Contoh:
… Sahono Soebroto mengatakan bahwa tugas administrasi negara mencakup   semua aspek kehidupan nasional bangsa. (Sahono Soebroto, 1982: 7).
Untuk skripsi, disertasi, atau proyek paper dan buku, sumber di-nyatakan dalam bentuk catatan kaki (footnote).
1) Fungsi
Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan terhadap karya orang lain.
2) Pemakaian
Catatan kaki dipergunakan sebagai:
a) pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam teks atau sebagai petunjuk sumber;
b) tempat memperluas pembahasan yang diperlukan tetapi tidak relevan   jika dimasukkan dalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula.
c) referensi silang, yaitru petunjuk yang menyatakan pada bagian mana/halaman berapa, hal yang sama dibahas dalam tulisan;
d) tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
3) Penomoran
Penomoran catatan kaki dilakukan dengan menggunakan angka latin (l, 2,   dan seterusnya) di belakang bagian yang diberi catatan kaki, agak ke   atas sedikit tanpa memberikan tanda baca apapun. Nomor itu dapat berurut   untuk setiap halaman, setiap bab, atau seluruh tulisan. Namun  sebaiknya  untuk lebih efektif berurut untuk seluruh tulisan.
4) Penempatan
Catatan kaki dapat ditempatkan langsung di belakang bagian yang diberi   keterangan (catatan kaki langsung) dan diteruskan dengan teks,
Antara catatan kaki dengan teks dipisahkan dengan garis se-panjang baris. Cara yang lebih banyak dilakukan ialah dengan meletakkannya pada bagian bawah (kaki) halaman atau pada akhir setiap bab.
5) Unsur-Unsur Catatan Kaki
a) Untuk Buku
(1) Nama pengarang (editor, penerjemah), ditulis dalam urutan diikuti koma (,).
(2) Judul buku, ditulis dengan huruf kapital (kecuali kata-kata tugas) dan digarisbawahi.
(3) Nama atau nomor seri, kalau ada.
(4) Data publikasi:
(a) Jumlah jilid, kalau ada
(b) Nomor cetakan, kalau ada
(c) Kota penerbit, diikuti titik dua (:)
(d) Nama penerbit, diikuti koma (,)
(e) Tahun penerbitan c, d, e diletakkan diantara tanda ku¬rung ( … )
(5) Nomor jilid kalau perlu
(6) Nomor halaman, diikuti titik (.)
b) Untuk Artikel dalam Majalah Berkala
(1) Nama pengarang
(2) Judul artikel, di antara tanda kutip(”)
(3) Nama majalah, digarisbawahi.
(4) Nomor majalah jika ada.
(5) Tanggal penerbitan.
(6) Nomor halaman.
3.2 Daftar Pustaka
3.2.1 Tujuan Daftar Pustaka
Daftar pustaka bermaksud mentabulasi atau mendaftarlcan semua sumber   bacaan baik yang sudah dipublikasikan seperti buku, majalah, surat   kabar, maupun yang belum dipublikasikan seperti paper, skripsi, tesis,   dan disertasi. Melalui daftar pustaka ini pembaca dapat mengetahui   sumber-sumber apa saja yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah   itu tanpa membaca seluruh tulisan terlebih dahulu. Berdasarkan daftar   pustaka itu pembaca yang berpengalaman akan dapat mengira mutu   pembahasan tulisan tersebut, karena tujuan utama dari daftar pustaka   adalah untuk mengidentifikasikan karya ilmiah itu sendiri.
3.2.2 Mengklasifikasi Daftar Pustaka
Suatu karya ilmiah atau skripsi, atau tesis merupakan hasil karya yang   mengarah pada satu bidang terteritu. Dengan demikian sumber bahan yang   dipakai adalah yang ada hubungan dengan bidang yang dikupas. Sumber   semacam ini disebut sumber primer. Dalam karya ilmiah yang menjurus pada   satu bidang ini, hampir tidak ada sumber sekundernya. Jadi daftar   pustaka secara keseluruhan merupakan sumber primer. Penggolong¬an   terhadap daftar kepustakaan seperti ini disebut penggolongan   berdasar¬kan bidang, yaitu bidang masalah yang ditelaah.
Selain pembagian/klasifikasi berdasarkan bidang, daftar pustaka dapat   diklasifikasikan menurut jenis sumber ini didasarkan pada kelompok:   bu¬ku, majalah, surat kabar, jurnal, skripsi, tesis, disertasi. Tetapi   pengelom pokan menurut jenis sumber ini akan diperlukan bila daftar   pustaka me¬muat lebih dari dua puluh sumber referensi. Daftar pustaka   yang kurang dari dua puluh sumber referensi termasuk daftar pustaka yang   pendek. Untuk daftar pustaka yang pendek penggolongan sumber referensi   menu¬rut jenisnya tidak diperlukan,
3.2.3 Penyeleksian Sumber Referensi
Untuk mempersiapkan bahan dari satu topik tulisan ilmiah biasanya banyak   sekali sumber bacaan yang kita baca, terutama yang berhubungan dengan   masalah yang kita bahas. Dari semua buku yang kita baca tadi ti dak   harus semuanya kita masukkan ke dalam daftar pustaka. Hal ini   dise¬babkan karena: (1) Sumber-sumber bacaan ini belum tentu semuanya   ter¬masuk sumber bacaan yang baik. Sumber bacaan yang kurang baik tidak   akan membantu mutu tulisan ilmiah tadi. (2) Kadang-kadang sumber  ba¬caan  mengemukakan pendapat atau ide serta kesimpulan yang sama. Dari   beberapa sumber bacaan yang sama ini dipilih salah satu saja sebagai   sum¬ber referensi dalam daftar pustaka.
Yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka ialah bahwa semua   referensi dari sumber bacaan yang telah dimuat ke dalam catatan kaki   harus dimasukkan ke dalam daftar pustaka. Hal ini berarti bahwa da lam   menyeleksi kutipan atau catatan kaki harusla.h yang betul-betul rele¬van   dengan masala.h yang akan dibahas. Dengan demikian daftar pustaka yang   disusun adala.h daftar pustaka pilihan karena kutipan atau catatan   kakinya merupakan hasil pilihan juga.
3.2.4 Cara Menyusun Daftar Pustaka
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pustaka:
a. Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
b. Nama penulis diurut menurut abjad.
c. Gelar penulis tidak dicantumkan walaupun dalam buku yang dikutip penulis mencantumkan gelar.
d. Daftar pustaka diletakkan pada bagian terakhir tulisan
e. Masing-masing sumber bacaan diketik dengan jarak baris satu spasi.
f. Jarak masing-masing sumber bacaan dua spasi.
g. Baris pertama diketik dari garis tepi (margin) tanpa indensi dan   untuk baris-baris berikutnya digunakan indensi empat ketukan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar